Senin, 18 November 2013

LAPORAN OBSERVASI (KELAS XI MEX 3 SMK TRITECH)



Kelompok 8:

Kelas yang di observasi         : Kelas XI-MEX 3
Mata pelajaran                      : Desain Animasi
Nama guru                            : Suwerdi
Waktu observasi / Durasi      : 50 menit
Jumlah siswa                         : 24 orang
Alat observasi                       : Buku tulis dan Pena dan handphone

Kelompok melakukan observasi di kelas XI MEX3 SMK Tritech pada tanggal 18 November 2013 pukul 11.05-12.00 WIB. Pada saat observer memasuki kelas, siswa sedang melakukan editing pada desain animasi mereka. Media yang digunakan siswa pada saat pembelajaran adalah laptop. Pengajar juga sedang menjelaskan materi kepada beberapa anak yang bertanya ke meja pengajar dengan menggunakan laptop. Media laptop digunakan karena kelas yang berlangsung adalah kelas animasi yang mengharuskan siswa untuk dapat membuat sendiri animasi mereka. Situasi fisik kelas berukuran tidak terlalu besar, berukuran sekitar 9x6 meter. Kelas terasa sempit karena meja siswa disusun menyerupai huruf U, dimana ketiga sisinya terdiri atas 6meja (ketiga sisi terdiri atas 18 meja), dan 6 meja lagi yang terdiri atas 3 baris diletakkan tepat ditengh-tengah kelas.  Kelas terdiri atas 24 siswa dan pada saat observasi berlangsung dua orang siswa yang tidak hadir. Terlalu sempit untuk ditempati bagi 24 orang murid. Sehingga bangku-bangku dalam kelas berjarak  sangat rapat antara yang satu dengan yang lainnya. Kurang kondusif, dikarenakan antar kelas hanya dibatasi oleh triplek bukan dinding beton.  Pintu kelas terbuat dari kaca sehingga membuat konsentrasi anak terpecahkan ketika ada orang yang melintas di depan kelas, dengan seketika mereka menoleh keluar kelas sehingga mereka kurang fokus dengan proses belajar. Kelas difasilitasi dengan alat pendingin ruangan ( AC dan kipas angin) yang membantu murid terhindar dari panas dan bisa membuat mereka betah diruangan selama proses belajar berlangsung. Pencahayaan dikelas sudah stabil sehingga tidak mengganggu penglihatan murid saat proses belajar berlangsung.
Suasana kelas saat observasi berlangsung sangat tidak kondusif. Ada beberapa siswa yang berpindah-pindah tempat duduk. Beberapa lainnya saling berbicara dengan suara yang keras.  Beberapa siswa bahkan tidak mengindahkan teguran pengajar yang menyuruh mereka untuk tenang. Beberapa siswa terlihat tidak terlalu segan pada pengajar dikarenakan pengajar yang terbilang masih sangat muda (berumur 24 tahun) dan berkomunikasi dengan siswa seperti berkomunikasi dengan teman.

PROSES BELAJAR
Belajar bukanlah suatu proses yang tunggal. Hal itu ditunjukkan bahwa proses-proses yang telah dipaparkan tidak bisa menjelaskan adanya diversitas belajar pada manusia (Gagne dalam Margaret, 2011). Adanya kapasitas manusia untuk belajar memungkinkan adanya variasi pola perilaku dalam jumlah yang hampir tidak terbatas. Belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan dalam jangka lama dan bukan hasil pertumbuhan( hal.174),bukti suatu pembelajaran terjadi adalah adanya perubahan perilaku yang dapat diamati, biasanya didasarkan pada perbandingan kinerja sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud Gagne dapat disebut dengan kapabilitas.
Menurut perspektif Gagne , kapabilitas terdiri dari komponen mental (disposisi yang diperhatikan) dan komponen yang perilaku (kinerja). Kapabilitas ini didapat dari :
a)      Stimulasi dari lingkungan
b)      Pemrosesan kognitif yang dilakukan oleh pemelajar yang mengubah stimulasi dari lingkungan menjadi kapabilitas baru
·         Stimulasi dari lingkungan
Adanya proses belajar yang dilakukan oleh pengajar dalam SMK Tritech telah memberikan sebuah konsep kepada siswa untuk mengerjakan suatu proyek. Pengajar memberikan sebuah contoh agar para siswa dapat mengikuti dan mencontohi apa yang dilakukan oleh pengajar kepada siswa supaya juga siswa memahami pelajaran tersebut. Dukungan lingkungan ini dapat disebut adanya kondisi belajar eksternal.
·         Adanya pemrosesan kognitif yang dilakukan oleh pemelajar
Kondisi inilah yang disebut dengan kondisi belajar internal. Dalam pengajaran yang diberikan oleh pengajar/guru juga membutuhkan adanya sikap dari pemelajar agar dapat memproses informasi dan pemelajar dapat mengubah stimulus tersebut menjadi sebuah kapabilitas yang baru. Saat pengajar memberikan contoh terhadap suatu proyek maka siswa-siswa yang ada di dalam kelas mencoba memperhatikan apa yang dilakukan atau dicontohin oleh pengajar mereka. Pemelajar mencoba mencontohin dan menyerap apa yang dilakukan oleh pengajar serta mengikuti langkah-langkahnya namun setelah pemelajar mengetahuinya , mereka coba mengubah stimulus tersebut dalam bentuk yang baru dimana para pemelajar diberikan suatu proyek yang bebas tetapi menggambar bangunan dalam 3D. Adanya perbedaan-perbedaan proyek yang diciptakan itu bisa dikarenakan adanya mengubah stimulus menjadi kapabilitas yang baru meskipun langkah-langkah dasar telah diajarkan oleh pengajar.
Adanya Hasil belajar dapat berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.
Informasi Verbal à Dalam ruangan kelas yang diobservasi, kurang terlihat adanya informasi verbal yang terjadi antara pemelajar dan pengajar. Para pemelejar lebih terfokus kepada proyek yang mereka lakukan dengan menggunakan laptop. Ketika pemelajar tidak mengerti bagaimana melakukan suatu proyek maka pemelajar akan bertanya kepada pengajar. Setelah itu pengajar memberikan contoh yang dilakukan dengan menggunakan televise dan laptop sebagai media pembelajaran. Proses belajar yang terjadi juga disebabkan karena ingin melatih pemelajar dalam melakukan suatu proyek untuk menghadapi ujian, jadi lebih melakukan latihan praktik dibandingkan adanya proses belajar-mengajar di dalam ruangan kelas
Ketrampilan Intelektual à  Ketrampilan intelektual adalah membedakan, mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifisikan, menganalisis dan mengkuantifikasikan objek, kejadian dan symbol-simbol. Dalam ruangan kelas yang diobservasi, sudah terlihat bahwa pemelajar memiliki ketrampilan intelektual dimana pemelajar telah merespons situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai cara. Para pemelajar menyerap pelajaran dasar dari pengajar namun setelah itu mereka mencoba menerapkannya dalam konsep proyek mereka yang berbeda-beda
Strategi Kognitif à Kurang terlihat adanya strategi kognitif yang digunakan pengajar kepada pemelajar. Adanya tampilan langsung menggunakan televise sebagai media pengajaran memang sangat membantu para pemelajar namun tanpa adanya catatan mengenai langkah-langkah tersebut apalagi pelajaran yang berhubungan dengan komputer membutuhkan catatan untuk mengingat langkah-langkah tersebut.  Pengajaran yang dilakukan dengan cepat melalui tampilan di televise juga belum tentu membuat semua pemelajar di kelas dapat memahami dan mengingat pelajaran yang diberikan oleh pengajar. Namun kelompok juga tidak mengetahui apakah strategi kognitif yang dilakukan oleh pengajar sudah cukup membantu pemelajar dalam mengingat materi yang ada
Ketrampilan Motorik à Dalam kelas yang diobservasi, ketrampilan motorik yang dipakai adalah melakukan proyek dengan menggunakan laptop yang melatih jari tangan menggunakan mouse dan keyboard namun hal itu tidak dipelajari lagi dalam ruangan kelas karena ketrampilan itu sudah diajarkan sejak bangku SD (Sekolah Dasar) atau SMP.
Sikap à  Kelompok tidak melihat pengajar menyatakan tujuan dalam mempelajari dan membuat suatu proyek karena kelas telah berlangsung lama namun kelompok menanyai para pemelejar bahwa tujuan mereka dalam mempelajari dan membuat proyek dengan bebas tanpa ada proses belajar- mengajar dikarenakan pelatihan untuk menghadapi ujian. Ketika observasi, ruangan kelas tersebut terlihat pemelajar ribut dan bisa berjalan sesuka hati. Pengajar tidak melarang tindakan-tindakan tersebut. Pengajar hanya menegur ketika pemelajar ribut dan tidak memperhatikan ketika pengajar menerangkan mengenai langkah-langkah membuat bangunan 3D melalui televisi. Sikap ini adalah keadaan yang mempengaruhi atau mengatur perilaku namun tidak langsung menentukan kinerja, di SMK Tritech, kondisi ruangan kelas dan pengajar mungkin dipilih untuk lebih terlihat sebagai kondisi yang santai dan tidak tegang.
              Aspek penting dari pembelajaran adalah menciptakan lingkungan yang membuat siswa dapat fokus pada tugas-tugas penting (Bruning et al, 1995) dan kemudian memberi penilaian informal atas persepsi pemelajar.
              Salah satu pendekatannya adalah mengaktifkan pengetahuan siswa yang relevan segera sebelum pelajaran. Pendekatan ini difasilitasi oleh guru mata pelajaran Desain Animasi di kelas XI MEX3 ketika mata pelajaran akan dimulai dengan meminta pelajar untuk memberi contoh bagaimana suatu proyek grafis akan dibuat dengan software-software yang sudah dikenal para siswa. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang siswa agar siswa dapat fokus terhadap proyek grafis yang akan diajarkan oleh guru. Tidak hanya itu, seluruh siswa juga diharapkan membawa Laptop masing-masing agar siswa bisa semakin fokus terhadap tugas yag diberikan. Tingkat kefokusan siswa tentu akan berbeda pada siswa yang tidak membawa laptop dan hanya memperhatikan tugas temannya dibandingkan dengan siswa yang mengerjakan tugasnya dengan menggunakan Laptopnya sendiri.

Hal ini berkaitan dengan proses kerja otak dan persepsi. Sistem indra (penglihatan, pendengaran, sentuhan/rabaan, penciuman dan pengecap) dalam hal ini yaitu indra penglihatan, mendeteksi sinyal sebegai energy fisik, yang dikirim ke satu area di dalam thalamus dan kemudian ke area yang tepat di dalam korteks untuk pemrosesan lebih lanjut. Setelah pengenalan awal, informasi akan tersedia selama dua detik. Ketersediaan citra visual yang sebentar ini disebut iconic memory. Sinyal yang datang yang tidak diperhatikan pada saat itu akan hilang. Pemrosesan informasi yang datang membutuhkan perhatian selektif terhadap kejadian, objek, symbol, dan stimuli tertentuMaka dari itu, dibutuhkan kefokusan agar informasi yang didapat tidak langsung hilang dan kemudian dapat langsung diterapkan pada tugas yang sedang dikerjakan untuk menghindari ketinggalan informasi selanjutnya yang akan diberikan oleh guru. Di sinilah diharapkan agar seluruh siswa membawa laptopnya, jangan sampai ada yang membawa dan tidak karena hal tersebut akan merugikan siswa itu sendiri.

Pada saat mata pelajaran Desain Animasi, proyek-proyek grafis yang dikerjakan oleh beberapa siswa kelas XI MEX3 adalah merupakan gabungan antara hasil belajar dan imitasi terhadap proyek yang dicontohkan oleh guru dan siswa lain yang proyek grafisnya dianggap bagus serta menarik. Hal ini terlihat saat para siswa mengikuti dan mencontoh detail-detail yang dijelaskan oleh guru, serta siswa melihat bagaimana siswa lain mengerjakan proyeknya yang hampir selesai. Hal ini dapat dijelaksan dengan teori kognitif-sosial oleh Albert Bandura mengenai modeling perilaku dalam pembelajaran. Dalam teori ini dijelaskan bahwa pembelajar memodeling apa yang dikerjakan oleh model (dalam hal ini adalah pekerjaan guru dan teman) agar pelajar mendapatkan konsekuensi tertentu, dalam hal ini siswa ingin mendapatkan nilai yang bagus dan proyek grafisnya dipuji oleh guru dan temannya dalam mata pelajaran Desain Animasi.


Selain itu, model pembelajaran menggunakan operant conditioning yakni reinforcement positif yang menyatakan bahwa saat perilaku diberikan penguat positif akan membuat perilaku tersebut makin kuat dan diulang kembali (p.128). Hal ini terlihat dalam pelajaran desain animasi di kelas XI MEX3 SMK Tritech tersebut. Dimana pada hari itu siswa diminta untuk mengumpulkan tugas yang sudah diberikan minggu lalu oleh pengajar. Pengajar kemudian memeriksa pekerjaan siswa. Salah satu siswa dengan hasil pengerjaan yang dianggap lebih baik diantara teman-temannya diberikan reinforcement positif berupa feedback dan juga dengan menampilakn karya murid tersebut di televisi kelas sehingga teman-teman satu kelasnya dapat melihat hasil pekerjaan tersebut. Pengajar  juga membantu murid yang mengerjakan tugas dengan baik tersebut untuk membuat desainnya menjadi model video yang merupakan format akhir tugas tersebut. Setelah diberikan feedback, murid tersebut kemudian kembali memperbaiki rancangannya. Begitu juga dengan murid-murid lain yang diberikan feedback oleh pengajar.