Revisi Laporan Microteaching
LAPORAN MICROTEACHING
KELOMPOK 3
Sekolah
: PAUD NURMALA
Lokasi
: JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan
Glugur , Kecamatan Medan Barat
Tujuan pemilihan PAUD:
Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah
siswa
: 25 orang
Usia
siswa
: 2-6 tahun
Konsep Pengajaran
: Bermain sambil Belajar
Tujuan Pengajaran
: Memberi kesempatan kepada
siswa untuk aktif dan kreatif
Alokasi Waktu
: 120 menit
I.
Tinjauan / Observasi
Sebelum melaksanakan microteaching, kami
melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian
melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran
yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah
berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi
salah satu tema pengajaran kami.
II.
Latar Belakang pemilihan Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah
satu bentuk jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir
sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain
yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat
penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat
bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat
merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran,
pengetahuan akan warna dan bentuk.
Namun saat ini banyak sekali fenomena yang
terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Seiringnya majunya
perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu dan yang lainnya
sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang terdepan. Salah
satu fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha
menekankan anak-anak didik untuk menerima materi yang bersifat akademis
.Sebetulnya memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak
tidaklah menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah
ketika pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan mental anak,
dimana ada sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang setara dengan
pendidikan anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah gagasan kita
untuk lebih menekankan komponen bermain (komponen penting pada anak usia dini)
dalam suatu pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk
pengembangan diri selanjutnya. Konsep microteaching kami sesuai dengan
tujuan PAUD yaitu “Bermain sambil belajar”. Anak didik dibiarkan
berkreasi dan aktif serta mandiri ( student centered) dalam meraih pengetahuan
dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip pedagogis juga menerapkan bahwa
domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi
yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur
berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan
antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.
Semua aktivitas pembelajaran yang berhubungan
dengan bermain kami angkat namun ada konteks / latar belakang yang difokuskan
adalah “Kebudayaan Indonesia”. Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih
mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri serta melestarikan
kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang (Hal ini juga
disesuaikan dengan keinginan para pendidik.
III.
Landasan Teori
Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berpusat pada anak
memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya,
mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikannya
kegiatannyya. Segala sesuatu yang munculnya dari diri anak dikemangkan menjadi
sebuah kurikulum. Aspek yang terpenting dalam metode yang berdasarkan permainan
adalah kebebasan anak dalam bermain.
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia
dini haruslah didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu :
(1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan
prinsip belajar melalui bermain; (2) Proses kegiatan anak usia dini dilaksanakan
dalam lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di dalam ruangan ataupun di
luar ruangan; (3) Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan
pendekatan tematik dan terpadu; (4) Proses kegiatan belajar anak usia dini
haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan
terpadu.
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak
bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam
Sujiono, Yuliani). Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan
kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan
Fleer (2000:14) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi,
diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi,
menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.
Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri,
dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.
Pada dasarnya, tujuan utama bermain adalah memelihara perkembangan dan
pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Semua anak usia
dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual
dan bervariasi antar anak satu dengan anak lainnya (Catron dan Allen, 1999:
163).
Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain,
yaitu: (1) dalam bermain anak mengembangkan system untuk memahami apa yang
sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2) kemampuan
untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan
aturan bermain; (3) anak mengembangkan replica untuk menggantikan objek nyata,
lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan symbol
termasuk kedalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi; (4) kehati-hatian
dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan
yang ditentukan bersama teman mainnya.
Fungsi bermain antara lain: (1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan
koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan
keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana
kerja tubuhnya; (2) dapat menggembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya
diri pada orang lain, kamndirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat
bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau
karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain(empati);
(3) dapat mengembangkan kemampua kemampuan intelektualnya, karena melalui
bermain anak seringkali melakukan ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada
dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat
mengembangkan kemandiriannya dan memnjadi dirinya sendiri, karena melalui
bermain anak selallu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan,
berlatih peran social sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
Cosby dan Sawyer (1995:85) menyatakan bahwa permainan secara langsung
memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi
anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan
memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat
dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri
mereka sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk
merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat
baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
Adapun jenis permainan yang dikembangkan di dalam program pembelajaran anak
usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang
dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (2002: 15-21), yakni permainan
eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play),
permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social
play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan
teka-teki (puzzle-it-out play). Keenam penggolongan tersebut pada
dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya
mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan lainnya.
Dari keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut.
IV.
PELAKSANAAN MICROTEACHING
Pada tanggal 20 April 2012 , kami bergerak ke TPA
Nurmala dengan tujuan untuk melakukan micro teaching :
Jam 08:00- 08:30
: Melakukan
Senam dan doa pagi serta perkenalan
-
Kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh anak murid
di PAUD NURMALA, anak-anak dibiarkan untuk melakukan senam pagi bersama dengan
bantuan media televisi.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan doa bersama
anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru. Perkenalan anak-anak dilakukan setelah
doa bersama selesai.
Jam
08:30-08.50
:
Bermain kerak lilin
-
Alat dan
bahan :
3 buah kerak lilin.
-
Instruksi
: Anak-anak
dikelompokkan dalam 3 kelompok untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas
yang terbuat dari kerak lilin. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1
instruktur. Hasil akhir dinilai dari karya yang terbaik.
-
Tujuan
: Merangsang kreativitas anak sekaligus membangun kemampuan anak untuk bekerja
sama dalam tim (teamwork).
Jam
08:50-09:05
: Cerita legenda
dan role-playing
-
Alat dan bahan
: Satu buku
kumpulan cerita Tanah Karo
-
Instruksi
: Anak-anak diajak
duduk membentuk lingkaran dan mendengar cerita yang disampaikan oleh instruktur
micro teaching kemudian anak-anak diajak untuk melakukan role-play dari
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih tokoh yang akan
dirole-play.
-
Tujuan
: Meningkatkan kemampuan
pemahaman bahasa anak, mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh dalam
cerita, mendorong anak untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral dan
memperkenalkan budaya Indonesia
Jam 09:05-09:20
: melakukan permainan loncat
menyebutkan nama buah dan gobak sodor
1.
Gobak sodor
Alat dan
bahan
: -- (hanya memerlukan
lapangan yang luas)
Instruksi
:Anak-anak dibentuk
menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang dan
membentuk barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin. pemimpin kelompok
berusaha menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang berada di ujung
barisan untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki barisan terpanjang
ditetapkan menjadi pemenang.
Tujuan
:Untuk melatih kerjasama dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan
otak, mengasah kemampuan untuk menganalisa dan mencari strategi yang tepat
untuk menentukan keputusan dalam melangkah, meningkatkan kekuatan dan
ketangkasan.
2.
Loncat Buah
Alat dan
bahan
: -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi
: Permainan ini melibatkan 2
pihak, yaitu pihak penjaga, dan pihak yang meloncat. Pihak penjaga terdiri dari
2 orang, sedangkan pihak yang meloncat terdiri dari anak-anak selain anak-anak
di pihak penjaga. Kedua anak pihak penjaga harus jongkok sambil bergandengan
tangan untuk membentuk “pagar”. Anak-anak bergantian meloncat melangkahi
“pagar” penjaga sambil menyebutkan satu nama buah. Anak-anak yang
menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan menggantikan anak yang tersentuh
sebagai penjaga.
Tujuan
:Meningkatkan kemampuan otak anak untuk cepat memberi respons, melatih gerak
motorik anak dan melatih kemampuan dalam mengingat serta menambah pengetahuan
akan jenis-jenis buah (salah satunya)
Jam 09:20 istirahat
Jam 09: 25-09:50 : Mewarnai
Alat dan Bahan : 6 buah buku
gambar, crayon
Instruksi
: Anak-anak dibentuk kelompok menjadi 3, setiap kelompok diberikan seorang
mentor untuk memperhatikan hasil kerja dari anak-anak didik dan diberikan waktu
20 menit untuk menyelesaikannya.
Tujuan
: Melatih
kemampuan koordinasi antara mata dan tangan, membantu dalam pengenalan warna,
melatih penalaran dan kreativitas anak , melatih anak mengenal detail suatu objek
sehingga dapat mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek, meningkatkan
konsentrasi, mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus melalui
gerakan-gerakan jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.
Jam 09: 50- 10:00 : Penutup
Pembagian reward, acara foto serta berrnyanyi bersama dengan para guru dan
siswa PAUD NURMALA.
V. HASIL PELAKSANAAN
Tujuan dari kegiatan micro teaching ,
yaitu memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak mengenai kebudayaan
Indonesia melalui prinsip belajar sambil bermain. Melalui kegiatan micro
teaching ini anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai permainan tradisional
Indonesia (gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan plastisin (kerak lilin),
menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan suwe ora jamu), dan
kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.
Kegiatan micro teaching ini lebih menantang
kelompok untuk dapat melakukan tugas sebaik mungkin, selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, kami juga bertanggung jawab terhadap
kegiatan mengajar pada anak-anak. Tanggung jawab itu berupa bagaimana kami
dapat menstransformasikan ilmu/bahan ajar kepada anak-anak dalam bentuk yang
lebih menyenangkan. Tentunya dengan menerapkan teori-teori paedagogi dan
prinsip belajar pada anak prasekolah.
Setelah melakukan kunjungan ke lapangan, kegiatan
micro teaching dapat berjalan lancar, walau ada kendala disana sini
sehingga mengharuskan kami melakukan improvisasi pada saat mengajar, namun
semua bahan ajar yang sudah dikonsepkan untuk ditransferkan pada anak didik
dapat tersampaikan dengan baik. Seperti pada kegiatan mendongeng (Legenda dari
Tanah Karo), anak mendengarkan dongeng yang disampaikan dengan baik, itu tampak
ketika kami mengadakan evaluasi, mereka mampu mereview dongeng yang telah
disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan bermain dengan plastisin (kerak
lilin), kami membagi anak menjadi beberapa kelompok, dengan tujuan agar bisa
melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan teman –teman mereka. Namun kami
menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain sendiri, dimana mereka belum mau
membagi plastisin yang ia punya kepada temannya. Tapi kegiatan ini lebih
terstruktur, dikarenakan pada setiap kelompok, mempunyai satu mentor (salah
satu dari kami) yang mengarahkan peserta didik, dan kegiatan ini juga berjalan
dengan lancar. Setelah itu sebelum peserta didik diajak untuk mewarnai
(kegiatan terkahir), kami terlebih dahulu bermain tebak-tebakan lagu daerah dan
bernyanyi bersama, sehingga para peserta didik tidak bosan. Dan yang terakhir
adalah kegiatan mewarnai, kegiatan ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh
peserta didik, mereka semangat mewarnai dan mulai saling berbagi cat/pencil
warna dan crayon. Kemudian diakhir kegiatan kami membagikan reward kepada
peserta didik dan menutup kegiatan pada hari tersebut dengan bernyanyi bersama.
Kegiatan micro teaching berjalan cukup baik dan terstruktur sesuai dengan
konsep yang telah disiapkan.
Kegiatan micro teaching ini memberikan
pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anggota kelompok.
Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak hanya tertimbun dalam
otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara langsung yang membuat
kami memiliki kesempatan belajar bersama, meningkatkan kemampuan
pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan
ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback dengan para pengajar yang
professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami yang ingin menjadi pendidik
professional di masa depan . Proses mendidik anak tidak semudah yang tertera
dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak hanya dapat diukur berdasarkan
tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan ketrampilan berkomunikasi,
komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih banyak lagi. Dari pengalaman yang
diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa
mengenai metode pendidikan anak usia dini.
VI. KALKULASI BIAYA
No
|
Rincian Pengeluaran
|
Jumlah
|
Biaya yang dikeluarkan
|
1
|
Buku gambar
|
6 buah
|
Rp 12.000,-
|
2
|
Plastisin
|
3 buah
|
Rp 16.500,-
|
3
|
Choki-choki
|
1 kotak
|
Rp 13.000,-
|
VII.
ALAT YANG DIGUNAKAN
o Kamera
o Alat tulis
o Handycam
-
DAFTAR PUSTAKA ;
Sujiono, Yuliani Nurani.2009. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.INDEKS
Danim, Sudarwan.2010. Pedagogi, Andragogi, dan
Heutagogi. Bandung : Alfabeta
Evaluasi Kelompok
·
Pelaksanaan micro teaching
berjalan dengan sangat baik. Sekitar kira-kira 80% pelaksanaan di lapangan
sesuai dengan perencanaan yang telah kami susun sedemikian rupa
·
Ada beberapa masalah
ketika pelaksanaan, salah satunya adalah terdapat kekurangan dalam hal
dokumentasi (video).
·
Selain itu, kami sedikit
mengalami kesulitan saat proses pengajaran, karena adanya perbedaan usia anak
didik, sehingga banyak improvisasi saat mengajar.
·
Testimony Kelompok
·
·
·
Sri Rizki Amanda(10-107)
·
Menurut saya sangat menyenangkan melaksankan
tugas micro teaching. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, bagaimana
menghadapi anak - anak, mendiamkan mereka agar mau mendengarkan arahan - arahan
saya. micro teaching ini juga menambah pengetrahuan saya, selain pengetahuan
dimana penerapan prinsip paedagogi juga pengetahuan pertama saya naik angkot
,menuju TK, tempat saya melakukan micro teaching. Walau ada kendala sana -
sini,perbedaan pendapat, namun sejauh ini masih dapat saya dan kelompok hadapi,
semua ini adalah proses. Proses pembelajaran.
·
Irene Anastasya (10-041)
·
Selama proses microteaching, saya merasa sangat
antusias. Hal-hal yang membuat saya menjadi antusias adalah mendapatkan
pengalaman baru dalam mempraktikkan Pengelolaan kelas. Saya dapat belajar
bagaimana cara untuk menentukan konsep suatu materi yang akan disampaikan,
interaksi dengan anak-anak serta mendapatkan masukan dari guru-guru lainnya
tentang pengelolaan kelas yang baik. Sistem microteaching adalah suatu
cara mempraktikkan pengajaran dengan situasi yang lebih nyata untuk menjadi
suatu landasan bagi calon guru. Jadi sistem ini sangat berguna bagi saya
apabila saya ingin menjadi seorang guru yang professional di kemudian hari.
·
Wienny D (10-032)
Wienny D (10-032)
·
Dalam pengerjaan tugas ini, tetap tidak luput
dari masalah. Memerlukan waktu khusus, persiapan yang rumit. Masalah bukan
hanya pada persiapan, juga dalam pelaksanaan, hingga laporan. kegiatan
micro-teaching ini sangat mengandalkan team work selain kerja keras
individual. Namun secara keseluruhan , memberi pengalaman yang bermanfaat.
·
Fatimah Lubis 10-050
·
Menurut saya pengalaman micro teaching, sangat
menyenangkan. karena mendapat penggalaman yang baru. Disana kita melakukan apa
yang kita konsep biar pun tidak berjalan dengan lancar. Kami disana membuat dokumentasi
berupa vidio dan poto bareng anak-anak. sebelum kami turun kelapangan kami
melakukan diskusi yang memiliki perbedaan pendapat. Biarpun terjadi perbedaan
pendapat tapi menemukan jalan yang baik untuk konsep kami.
·
Nurul Mukhlisah 10-117
·
Saya sangat senang bisa melakukan micro
teaching kepada anak TK Nurmala. Saya mendapatkan banyak pengelaman disini.
Sangat senang melihat anak-anak tersebut antusias menyambut kami. Agak lucu
juga dipanggil ‘ibu’, bukannya ‘kakak’. Tapi tidak apa-apa asalkan panggilan
itu dapat membuat kami lebih dekat dengan mereka sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai. Banyak juga kendala yang tak terduga terjadi. Seperti kamera
yang tidak bisa dipakai, sehingga merekamnya dengan handphone. Tapi yang pasti
kami berusaha melakukan yang terbaik.
·
Rocky Sihite 10-124
Dalam
proses micro-teaching ini, saya merasa senang, walaupun dalam proses
pengerjaannya banyak masalah yang kami hadapai. Saya juga mendapat banyak
pengalaman baru disini dan bermanfaat disini. Dari pengalaman mengerjakan suatu
tugas dengan mengandalkan team work, sampai mengajar anak-anak TK. Walaupun
tidak berjalan dengan lancar, tapi kami akhirnya mampu menyelesaikannya dengan
usaha yang terbaik
Evaluasi Kelompok
ü Pelaksanaan
micro teaching berjalan dengan sangat baik. Sekitar kira-kira 80% pelaksanaan
di lapangan sesuai dengan perencanaan yang telah kami susun sedemikian rupa.
ü Ada
beberapa masalah ketika pelaksanaan, salah satunya adalah terdapat kekurangan
dalam hal dokumentasi (video).
ü Selain
itu, kami sedikit mengalami kesulitan saat proses pengajaran, karena adanya
perbedaan usia anak didik, sehingga banyak improvisasi saat mengajar.
Menurut saya, tema yang diambil sangat menarik. Kegiatan yang awalnya dianggap hanya untuk bersenang - senang, ternyata mempunyai arti pembelajaran didalamnya.
BalasHapusHanya saja, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan, teori paedagogi apakah yang kelompok gunakan untuk micro teaching kali ini?
Selain itu, bukankah 25 anak dalam satu situasi pembelajaran itu sudah terlalu banyak untuk dapat dikatakan sebagai micro teaching?
Untuk Rocky, sebaiknya Rocky sedikit memperbaiki posisi tulisan sehingga bisa terlihat lebih rapi.
Terimakasih :D
setuju banget dengan putry " sedikit memperbaiki posisi tulisan sehingga bisa terlihat lebih rapi" buat Rocky :D
BalasHapusyang ingin saya tanyakan mengenai anak PAUD yang menjadi subjek nya disini. karakteristik usia mereka 2-6 tahun, nah bagaimana kelompok mengklasifikasi mereka, apakah kendala yang dialami, dan sedikkit kritik menurut pendapat saya postingan ini masih kurang merepresentatifkan apa-apa saja yang penting saat melakukan mikroteaching ini.. :)
tq :D
pertanyaan saya simpel aja rociiii
BalasHapusmengapa dilapangan bisa terjadi anak berumur 2-6 tahun digabungkan?
apakah memang kesalahan teknis terjadinya perbedaan ketika mengobservasi dengan hari h pelaksanaan atau memang tidak ada pengobservasian tempat?
kemudian tabel mengenai jadwal kelompok berdiskusi, mengobservasi, maupun pelaksanaan mengapa tidak dicantumkan?
terimakasih