Senin, 18 November 2013

LAPORAN OBSERVASI (KELAS XI MEX 3 SMK TRITECH)



Kelompok 8:

Kelas yang di observasi         : Kelas XI-MEX 3
Mata pelajaran                      : Desain Animasi
Nama guru                            : Suwerdi
Waktu observasi / Durasi      : 50 menit
Jumlah siswa                         : 24 orang
Alat observasi                       : Buku tulis dan Pena dan handphone

Kelompok melakukan observasi di kelas XI MEX3 SMK Tritech pada tanggal 18 November 2013 pukul 11.05-12.00 WIB. Pada saat observer memasuki kelas, siswa sedang melakukan editing pada desain animasi mereka. Media yang digunakan siswa pada saat pembelajaran adalah laptop. Pengajar juga sedang menjelaskan materi kepada beberapa anak yang bertanya ke meja pengajar dengan menggunakan laptop. Media laptop digunakan karena kelas yang berlangsung adalah kelas animasi yang mengharuskan siswa untuk dapat membuat sendiri animasi mereka. Situasi fisik kelas berukuran tidak terlalu besar, berukuran sekitar 9x6 meter. Kelas terasa sempit karena meja siswa disusun menyerupai huruf U, dimana ketiga sisinya terdiri atas 6meja (ketiga sisi terdiri atas 18 meja), dan 6 meja lagi yang terdiri atas 3 baris diletakkan tepat ditengh-tengah kelas.  Kelas terdiri atas 24 siswa dan pada saat observasi berlangsung dua orang siswa yang tidak hadir. Terlalu sempit untuk ditempati bagi 24 orang murid. Sehingga bangku-bangku dalam kelas berjarak  sangat rapat antara yang satu dengan yang lainnya. Kurang kondusif, dikarenakan antar kelas hanya dibatasi oleh triplek bukan dinding beton.  Pintu kelas terbuat dari kaca sehingga membuat konsentrasi anak terpecahkan ketika ada orang yang melintas di depan kelas, dengan seketika mereka menoleh keluar kelas sehingga mereka kurang fokus dengan proses belajar. Kelas difasilitasi dengan alat pendingin ruangan ( AC dan kipas angin) yang membantu murid terhindar dari panas dan bisa membuat mereka betah diruangan selama proses belajar berlangsung. Pencahayaan dikelas sudah stabil sehingga tidak mengganggu penglihatan murid saat proses belajar berlangsung.
Suasana kelas saat observasi berlangsung sangat tidak kondusif. Ada beberapa siswa yang berpindah-pindah tempat duduk. Beberapa lainnya saling berbicara dengan suara yang keras.  Beberapa siswa bahkan tidak mengindahkan teguran pengajar yang menyuruh mereka untuk tenang. Beberapa siswa terlihat tidak terlalu segan pada pengajar dikarenakan pengajar yang terbilang masih sangat muda (berumur 24 tahun) dan berkomunikasi dengan siswa seperti berkomunikasi dengan teman.

PROSES BELAJAR
Belajar bukanlah suatu proses yang tunggal. Hal itu ditunjukkan bahwa proses-proses yang telah dipaparkan tidak bisa menjelaskan adanya diversitas belajar pada manusia (Gagne dalam Margaret, 2011). Adanya kapasitas manusia untuk belajar memungkinkan adanya variasi pola perilaku dalam jumlah yang hampir tidak terbatas. Belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan dalam jangka lama dan bukan hasil pertumbuhan( hal.174),bukti suatu pembelajaran terjadi adalah adanya perubahan perilaku yang dapat diamati, biasanya didasarkan pada perbandingan kinerja sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud Gagne dapat disebut dengan kapabilitas.
Menurut perspektif Gagne , kapabilitas terdiri dari komponen mental (disposisi yang diperhatikan) dan komponen yang perilaku (kinerja). Kapabilitas ini didapat dari :
a)      Stimulasi dari lingkungan
b)      Pemrosesan kognitif yang dilakukan oleh pemelajar yang mengubah stimulasi dari lingkungan menjadi kapabilitas baru
·         Stimulasi dari lingkungan
Adanya proses belajar yang dilakukan oleh pengajar dalam SMK Tritech telah memberikan sebuah konsep kepada siswa untuk mengerjakan suatu proyek. Pengajar memberikan sebuah contoh agar para siswa dapat mengikuti dan mencontohi apa yang dilakukan oleh pengajar kepada siswa supaya juga siswa memahami pelajaran tersebut. Dukungan lingkungan ini dapat disebut adanya kondisi belajar eksternal.
·         Adanya pemrosesan kognitif yang dilakukan oleh pemelajar
Kondisi inilah yang disebut dengan kondisi belajar internal. Dalam pengajaran yang diberikan oleh pengajar/guru juga membutuhkan adanya sikap dari pemelajar agar dapat memproses informasi dan pemelajar dapat mengubah stimulus tersebut menjadi sebuah kapabilitas yang baru. Saat pengajar memberikan contoh terhadap suatu proyek maka siswa-siswa yang ada di dalam kelas mencoba memperhatikan apa yang dilakukan atau dicontohin oleh pengajar mereka. Pemelajar mencoba mencontohin dan menyerap apa yang dilakukan oleh pengajar serta mengikuti langkah-langkahnya namun setelah pemelajar mengetahuinya , mereka coba mengubah stimulus tersebut dalam bentuk yang baru dimana para pemelajar diberikan suatu proyek yang bebas tetapi menggambar bangunan dalam 3D. Adanya perbedaan-perbedaan proyek yang diciptakan itu bisa dikarenakan adanya mengubah stimulus menjadi kapabilitas yang baru meskipun langkah-langkah dasar telah diajarkan oleh pengajar.
Adanya Hasil belajar dapat berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, ketrampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.
Informasi Verbal à Dalam ruangan kelas yang diobservasi, kurang terlihat adanya informasi verbal yang terjadi antara pemelajar dan pengajar. Para pemelejar lebih terfokus kepada proyek yang mereka lakukan dengan menggunakan laptop. Ketika pemelajar tidak mengerti bagaimana melakukan suatu proyek maka pemelajar akan bertanya kepada pengajar. Setelah itu pengajar memberikan contoh yang dilakukan dengan menggunakan televise dan laptop sebagai media pembelajaran. Proses belajar yang terjadi juga disebabkan karena ingin melatih pemelajar dalam melakukan suatu proyek untuk menghadapi ujian, jadi lebih melakukan latihan praktik dibandingkan adanya proses belajar-mengajar di dalam ruangan kelas
Ketrampilan Intelektual à  Ketrampilan intelektual adalah membedakan, mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifisikan, menganalisis dan mengkuantifikasikan objek, kejadian dan symbol-simbol. Dalam ruangan kelas yang diobservasi, sudah terlihat bahwa pemelajar memiliki ketrampilan intelektual dimana pemelajar telah merespons situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai cara. Para pemelajar menyerap pelajaran dasar dari pengajar namun setelah itu mereka mencoba menerapkannya dalam konsep proyek mereka yang berbeda-beda
Strategi Kognitif à Kurang terlihat adanya strategi kognitif yang digunakan pengajar kepada pemelajar. Adanya tampilan langsung menggunakan televise sebagai media pengajaran memang sangat membantu para pemelajar namun tanpa adanya catatan mengenai langkah-langkah tersebut apalagi pelajaran yang berhubungan dengan komputer membutuhkan catatan untuk mengingat langkah-langkah tersebut.  Pengajaran yang dilakukan dengan cepat melalui tampilan di televise juga belum tentu membuat semua pemelajar di kelas dapat memahami dan mengingat pelajaran yang diberikan oleh pengajar. Namun kelompok juga tidak mengetahui apakah strategi kognitif yang dilakukan oleh pengajar sudah cukup membantu pemelajar dalam mengingat materi yang ada
Ketrampilan Motorik à Dalam kelas yang diobservasi, ketrampilan motorik yang dipakai adalah melakukan proyek dengan menggunakan laptop yang melatih jari tangan menggunakan mouse dan keyboard namun hal itu tidak dipelajari lagi dalam ruangan kelas karena ketrampilan itu sudah diajarkan sejak bangku SD (Sekolah Dasar) atau SMP.
Sikap à  Kelompok tidak melihat pengajar menyatakan tujuan dalam mempelajari dan membuat suatu proyek karena kelas telah berlangsung lama namun kelompok menanyai para pemelejar bahwa tujuan mereka dalam mempelajari dan membuat proyek dengan bebas tanpa ada proses belajar- mengajar dikarenakan pelatihan untuk menghadapi ujian. Ketika observasi, ruangan kelas tersebut terlihat pemelajar ribut dan bisa berjalan sesuka hati. Pengajar tidak melarang tindakan-tindakan tersebut. Pengajar hanya menegur ketika pemelajar ribut dan tidak memperhatikan ketika pengajar menerangkan mengenai langkah-langkah membuat bangunan 3D melalui televisi. Sikap ini adalah keadaan yang mempengaruhi atau mengatur perilaku namun tidak langsung menentukan kinerja, di SMK Tritech, kondisi ruangan kelas dan pengajar mungkin dipilih untuk lebih terlihat sebagai kondisi yang santai dan tidak tegang.
              Aspek penting dari pembelajaran adalah menciptakan lingkungan yang membuat siswa dapat fokus pada tugas-tugas penting (Bruning et al, 1995) dan kemudian memberi penilaian informal atas persepsi pemelajar.
              Salah satu pendekatannya adalah mengaktifkan pengetahuan siswa yang relevan segera sebelum pelajaran. Pendekatan ini difasilitasi oleh guru mata pelajaran Desain Animasi di kelas XI MEX3 ketika mata pelajaran akan dimulai dengan meminta pelajar untuk memberi contoh bagaimana suatu proyek grafis akan dibuat dengan software-software yang sudah dikenal para siswa. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang siswa agar siswa dapat fokus terhadap proyek grafis yang akan diajarkan oleh guru. Tidak hanya itu, seluruh siswa juga diharapkan membawa Laptop masing-masing agar siswa bisa semakin fokus terhadap tugas yag diberikan. Tingkat kefokusan siswa tentu akan berbeda pada siswa yang tidak membawa laptop dan hanya memperhatikan tugas temannya dibandingkan dengan siswa yang mengerjakan tugasnya dengan menggunakan Laptopnya sendiri.

Hal ini berkaitan dengan proses kerja otak dan persepsi. Sistem indra (penglihatan, pendengaran, sentuhan/rabaan, penciuman dan pengecap) dalam hal ini yaitu indra penglihatan, mendeteksi sinyal sebegai energy fisik, yang dikirim ke satu area di dalam thalamus dan kemudian ke area yang tepat di dalam korteks untuk pemrosesan lebih lanjut. Setelah pengenalan awal, informasi akan tersedia selama dua detik. Ketersediaan citra visual yang sebentar ini disebut iconic memory. Sinyal yang datang yang tidak diperhatikan pada saat itu akan hilang. Pemrosesan informasi yang datang membutuhkan perhatian selektif terhadap kejadian, objek, symbol, dan stimuli tertentuMaka dari itu, dibutuhkan kefokusan agar informasi yang didapat tidak langsung hilang dan kemudian dapat langsung diterapkan pada tugas yang sedang dikerjakan untuk menghindari ketinggalan informasi selanjutnya yang akan diberikan oleh guru. Di sinilah diharapkan agar seluruh siswa membawa laptopnya, jangan sampai ada yang membawa dan tidak karena hal tersebut akan merugikan siswa itu sendiri.

Pada saat mata pelajaran Desain Animasi, proyek-proyek grafis yang dikerjakan oleh beberapa siswa kelas XI MEX3 adalah merupakan gabungan antara hasil belajar dan imitasi terhadap proyek yang dicontohkan oleh guru dan siswa lain yang proyek grafisnya dianggap bagus serta menarik. Hal ini terlihat saat para siswa mengikuti dan mencontoh detail-detail yang dijelaskan oleh guru, serta siswa melihat bagaimana siswa lain mengerjakan proyeknya yang hampir selesai. Hal ini dapat dijelaksan dengan teori kognitif-sosial oleh Albert Bandura mengenai modeling perilaku dalam pembelajaran. Dalam teori ini dijelaskan bahwa pembelajar memodeling apa yang dikerjakan oleh model (dalam hal ini adalah pekerjaan guru dan teman) agar pelajar mendapatkan konsekuensi tertentu, dalam hal ini siswa ingin mendapatkan nilai yang bagus dan proyek grafisnya dipuji oleh guru dan temannya dalam mata pelajaran Desain Animasi.


Selain itu, model pembelajaran menggunakan operant conditioning yakni reinforcement positif yang menyatakan bahwa saat perilaku diberikan penguat positif akan membuat perilaku tersebut makin kuat dan diulang kembali (p.128). Hal ini terlihat dalam pelajaran desain animasi di kelas XI MEX3 SMK Tritech tersebut. Dimana pada hari itu siswa diminta untuk mengumpulkan tugas yang sudah diberikan minggu lalu oleh pengajar. Pengajar kemudian memeriksa pekerjaan siswa. Salah satu siswa dengan hasil pengerjaan yang dianggap lebih baik diantara teman-temannya diberikan reinforcement positif berupa feedback dan juga dengan menampilakn karya murid tersebut di televisi kelas sehingga teman-teman satu kelasnya dapat melihat hasil pekerjaan tersebut. Pengajar  juga membantu murid yang mengerjakan tugas dengan baik tersebut untuk membuat desainnya menjadi model video yang merupakan format akhir tugas tersebut. Setelah diberikan feedback, murid tersebut kemudian kembali memperbaiki rancangannya. Begitu juga dengan murid-murid lain yang diberikan feedback oleh pengajar.

Selasa, 22 Oktober 2013

INSIGHT LEARNING

Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori behaviouritik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Dengan demikian, maka belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a. Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah, maka akan semakin sulit untuk diatasi.
d. Latihan
Latihan yang rutin akan meningkatkan kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

Skinner

Penguatan dan HukumanPenguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman(punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
-      Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
-       Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274

Senin, 23 September 2013

Anggota Kelompok :


TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
            Di awal abad ke 20 , disiplin psikologi yang baru terbentuk mencari sebuah arah. Pengkondisian refleks dalam eksperimen Bekheterev dan Pavlov telah merefleksikan adanya relasi natural antara stimulus dan refleks yang terasosiasikan dapat diubah. Riset ini telah memuat asumsi bahwa sebab-sebab dari perilaku yang kompleks akan dapat diutarakan. Adanya pelatihan refleks untuk merespon stimulus baru membutuhkan pemasangan berulang kali antara stimulus dan stimulus yang secara alamiah menujukkan refleks. Stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respons yang dikondisikan (CR) dan kondisi inilah yang disebut pengkondisian klasik.
            Dalam pengkondisian klasik ini juga dapat terjadi dalam suatu proses belajar yang kita jalani sehari-hari diruangan kelas. Biasanya para mahasiswa akan terlihat cenderung memberikan respon membosankan dan tidak menarik apabila menanggapi segala sesuatu yang berbau “belajar” . Para pelajar cenderung tidak menyukai suatu pelajaran apalagi pelajaran yang tidak menarik dan hanya terbatas pada ruangan kelas padahal suatu proses belajar haruslah menyenangkan agar suatu materi lebih dapat dimengerti oleh pelajarnya. Oleh karena itu, dosen pengampu mencoba memberikan nuansa yang berbeda dalam suatu proses belajar yaitu kuliah secara online. Awalnya  kuliah Online kami menjadi lebih antusias dan tertarik mengikuti aktivitas tersebut karena tidak hanya terbatas dengan ruang kelas / bisa akses dimanapun dan kita banyak bisa melihat fitur-fitur yang menarik dalam kecanggihan teknologi. Melalui kuliah Online ini, dosen mencoba menciptakan suatu proses belajar yang tidak tegang dan menyenangkan agar membuat mahasiswa aktif. Dan hasilnya, penerapan metode belajar melalui kuliah Online berhasil menciptakan suatu repson yang positif.
            Apabila kita melihat buku Learning and Instruction di hal 53, kita dapat melihat salah satu strategi yaitu menggunakan relasi yang sudah menimbulkan reaksi positif. Hal ini dapat dilihat melalui metode belajar “PSIKOLOGI BELAJAR” yang kembali menggunakan kuliah online sebagai metode pembelajaran antar pendidik dan anak didik. Setelah kita lihat, ketika dosen pengampu mengadakan kuliah online, mahasiswa terlihat sangat antusias dan aktif dalam prosesnya. Adanya kuliah online diadakan untuk kondisi yang diperkirakan munculnya akan reaksi negative yaitu situasi belajar yang membosankan membuat mahasiswa menjadi tidak terlalu tertarik dengan pelajaran dan kaku dalam memahami sebuah materi.

Teori belajar gestalt
            Psikologi gestalt berfungsi sebagai penentang behaviorisme di pertengahan abad ke-20. Psikolog gestalt berfokus pada persepsi dalam belajar. Organisme merespons keseluruhan ketimbang stimuli spesifik, organisasi stimuli mempengaruhi persepsi dan individu membangun persepsi ketimbang hanya menerima secara pasif.  Adanya kuliah online tidak hanya melihat suatu stimulus yang dihadirkan dan responnya namun melihat keseluruhan proses belajar yaitu interaksi antar diri dan lingkungan. Adanya proses yang terjadi dalam mengadakan kuliah online juga dilihat secara keseluruhan terutama pemecahan masalahnya.
            Individu harus mampu mengorganisasikan semua persepsinya untuk dapat memecahkan masalahnya, misalnya ada masalah koneksi internet dengan menggunakan modem saat melakukan kuliah online. Adanya muncul masalah itu membuat individu belajar untuk menemukan solusi sehingga kuliah online dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan koneksi lagi seperti menggunakan Wi-fi di kampus atau warnet. Masalah yang lain dalam diskusi online adalah listrik yang padam padahal baterai laptop tinggal sedikit dan solusinya adalah nge charge baterai laptop sampai full. Adapun pemecahan masalah yang dilakukan setiap individu itu berbeda-beda sehingga ada yang berhasil menemukan solusi dan ada yang tidak berhasil. Namun berulang kali diadakan kuliah online membuat para mahasiswa belajar untuk menemukan solusi atas masalah-masalah yang terjadi selama kuliah online berlangsung agar diharapkan kuliah online selanjutnya tidak menemukan masalah yang sama.

Jumat, 22 Juni 2012

Evaluasi Kinerja MK Paedagogi

Mata Kuliah pilihan Paedagogi dengan bobot 2 sks dan kelas yang dibawakan oleh Bu Dina sudah berakhir. 1 semester pun tidak terasa sudah berakhir.
KESAN
Kesan saya dalam mengikuti mata kuliah paedagogi ini senang walaupun ada sedikit hambatan yang sering membuat saya hampir galau seperti tugas yang belum terselesaikan dan hal lainnya. Dan kenapa senang?? itu karena proses belajar yang diberikan atau disajikan tidaklah monoton seperti melakukan kegiatan belajar dikelas, dengan tatap muka dan kadang terjadi kegiatan belajar e-learning seperti dengan facebook, dan google talk. Dan dikuliah ini kami bukan hanya presentasi dan presentasi, tetapi kami juga melakukan micro teaching yang dimana keadaan kami menjadi pengajar di suatu taman kanak-kanak(TK). Dan tak perna lupa kami selalu diajarkan supaya disiplin dan berprilaku yang baik pada saat di kelas. hahaaa
PESAN
Pesan saya untuk teman-teman tidak lepas dari kesalahan saya juga yaitu disipllin dalam hal mengerjakan tugas, membaca topik dulu sebelum masuk, dan juga tidak lupa akan disiplin waktu
Dan kepada dosen pengajar kami, mungkin hampir tidak ada, tapi nyatanya yang sering terjadi adalah miss komunikasi antara mahasiswa dan dosen, seperti halnya jadwal yang diumumkan di facebook, menurut saya itulah yang sering terjadi.
KRITIK dan SARAN
kembali lagi yang sering terjadi adalah miss komunikasi antara mahasiswa dan dosen, seperti halnya jadwal yang diumumkan di facebook, menurut saya itulah yang sering terjadi. dan informasi yang datang tiba-tiba di pagi hari yang membuat miss tersebut terjadi.
Dan inilah yang terjadi dimata kulliah paedagogi ini, dan inilah evaluasi saya, sebelumnya saya minta maaf kepada pengajar kami atau dosen mata kuliah paedagogi yaitu ibu Dina, atas kata-kata atau perilaku saya selama masa kuliah paedagogi. Dan dengan ini terima kasih atas Ilmu yang telah ibu beri semoga bermanfaat dikelanjutan kuliah atau dunia kerja sana nanti.

Jumat, 18 Mei 2012


Revisi Laporan Microteaching
LAPORAN MICROTEACHING  
KELOMPOK 3

Sekolah                          : PAUD NURMALA
Lokasi                            : JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan Glugur , Kecamatan Medan  Barat
Tujuan pemilihan PAUD: Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah siswa                  : 25 orang
Usia siswa                      : 2-6 tahun
Konsep Pengajaran         : Bermain sambil Belajar
Tujuan Pengajaran           : Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif
Alokasi Waktu                : 120 menit 
I.                   Tinjauan / Observasi
Sebelum melaksanakan microteaching, kami melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi salah satu tema pengajaran kami.
II.                Latar Belakang pemilihan Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan  sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan  pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran, pengetahuan akan warna dan bentuk.
Namun saat ini banyak sekali fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Seiringnya majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu dan yang lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang terdepan.  Salah satu fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha menekankan anak-anak didik untuk menerima materi yang bersifat akademis .Sebetulnya memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak tidaklah menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah ketika pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan mental anak, dimana ada sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang setara dengan pendidikan anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah gagasan kita untuk lebih menekankan komponen bermain (komponen penting pada anak usia dini) dalam suatu pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk pengembangan diri selanjutnya. Konsep microteaching kami sesuai dengan tujuan PAUD  yaitu “Bermain sambil belajar”. Anak didik dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri ( student centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif  tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.
Semua aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada konteks / latar belakang yang difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”.  Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan keinginan para pendidik.
III.             Landasan Teori
            Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berpusat pada anak memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikannya kegiatannyya. Segala sesuatu yang munculnya dari diri anak dikemangkan menjadi sebuah kurikulum. Aspek yang terpenting dalam metode yang berdasarkan permainan adalah kebebasan anak dalam bermain.
             
Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu : (1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain; (2) Proses kegiatan anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan; (3) Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu; (4) Proses kegiatan belajar anak usia dini haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.
            Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono, Yuliani). Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.
            Pada dasarnya, tujuan utama bermain adalah memelihara perkembangan dan pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak satu dengan anak lainnya (Catron dan Allen, 1999: 163).
            Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: (1) dalam bermain anak mengembangkan system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain; (3) anak mengembangkan replica untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan symbol termasuk kedalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi; (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang ditentukan bersama teman mainnya.
            Fungsi bermain antara lain: (1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya; (2) dapat menggembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kamndirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain(empati); (3) dapat mengembangkan kemampua kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat mengembangkan kemandiriannya dan memnjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak selallu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran social sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
            Cosby dan Sawyer (1995:85) menyatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
            Adapun jenis permainan yang dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (2002: 15-21), yakni permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan teka-teki (puzzle-it-out play). Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan lainnya. Dari keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut.
IV.             PELAKSANAAN MICROTEACHING
Pada tanggal 20 April 2012 , kami bergerak ke TPA Nurmala dengan tujuan untuk melakukan micro teaching :
Jam 08:00- 08:30                     : Melakukan Senam dan doa pagi serta perkenalan
-          Kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh anak murid di PAUD NURMALA, anak-anak dibiarkan untuk melakukan senam pagi bersama dengan bantuan media televisi.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan doa bersama anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru. Perkenalan anak-anak dilakukan setelah doa bersama selesai.
Jam 08:30-08.50                      :  Bermain kerak lilin
-          Alat dan bahan            :  3 buah kerak lilin.
-          Instruksi                      : Anak-anak dikelompokkan dalam 3 kelompok untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas yang terbuat dari kerak lilin. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 instruktur.  Hasil akhir dinilai dari karya yang terbaik.
-          Tujuan                         : Merangsang kreativitas anak sekaligus membangun kemampuan anak untuk bekerja sama dalam tim (teamwork).
Jam 08:50-09:05                     : Cerita legenda dan role-playing
-          Alat dan bahan                 : Satu buku kumpulan cerita Tanah Karo
-          Instruksi                           : Anak-anak diajak duduk membentuk lingkaran dan mendengar cerita yang disampaikan oleh instruktur micro teaching  kemudian anak-anak diajak untuk melakukan role-play dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih  tokoh yang akan dirole-play.
-          Tujuan                            : Meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa anak, mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh dalam cerita, mendorong anak untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral dan memperkenalkan budaya Indonesia
Jam 09:05-09:20          : melakukan permainan loncat menyebutkan nama buah dan gobak sodor
1.      Gobak sodor
Alat dan bahan                      : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi                                :Anak-anak dibentuk menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang dan membentuk barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin. pemimpin kelompok berusaha menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang berada di ujung barisan untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki barisan terpanjang ditetapkan menjadi pemenang.
Tujuan                                   :Untuk melatih kerjasama dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan untuk menganalisa dan mencari strategi yang tepat untuk menentukan keputusan dalam melangkah, meningkatkan kekuatan dan ketangkasan.
2.      Loncat Buah
Alat dan bahan                     : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)    
Instruksi                               : Permainan ini melibatkan 2 pihak, yaitu pihak penjaga, dan pihak yang meloncat. Pihak penjaga terdiri dari 2 orang, sedangkan pihak yang meloncat terdiri dari anak-anak selain anak-anak di pihak penjaga. Kedua anak pihak penjaga harus jongkok sambil bergandengan tangan untuk membentuk “pagar”. Anak-anak bergantian meloncat melangkahi “pagar”  penjaga sambil menyebutkan satu nama buah. Anak-anak yang menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan menggantikan anak yang tersentuh sebagai penjaga.
Tujuan             :Meningkatkan kemampuan otak anak untuk cepat memberi respons, melatih gerak motorik anak dan melatih kemampuan dalam mengingat serta menambah pengetahuan akan jenis-jenis buah (salah satunya)
Jam 09:20 istirahat
Jam 09: 25-09:50  : Mewarnai
Alat dan Bahan    : 6 buah buku gambar, crayon
Instruksi               : Anak-anak dibentuk kelompok menjadi 3, setiap kelompok diberikan seorang mentor untuk memperhatikan hasil kerja dari anak-anak didik dan diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikannya.
Tujuan                : Melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan, membantu dalam pengenalan warna, melatih penalaran dan kreativitas anak , melatih anak mengenal detail suatu objek sehingga dapat mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus melalui gerakan-gerakan jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.
Jam 09: 50- 10:00  : Penutup
         Pembagian reward, acara foto serta berrnyanyi bersama dengan para guru dan siswa PAUD NURMALA.
V.    HASIL PELAKSANAAN
Tujuan dari kegiatan micro teaching , yaitu memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak mengenai kebudayaan Indonesia melalui prinsip belajar sambil bermain. Melalui kegiatan micro teaching ini anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai permainan tradisional Indonesia (gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan plastisin (kerak lilin), menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan suwe ora jamu), dan kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.
Kegiatan micro teaching ini lebih menantang kelompok untuk dapat melakukan tugas sebaik mungkin, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, kami juga bertanggung jawab terhadap kegiatan mengajar pada anak-anak. Tanggung jawab itu berupa bagaimana kami dapat menstransformasikan ilmu/bahan ajar kepada anak-anak dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Tentunya dengan menerapkan teori-teori paedagogi dan prinsip belajar pada anak prasekolah.
Setelah melakukan kunjungan ke lapangan, kegiatan micro teaching dapat berjalan lancar, walau ada kendala disana sini sehingga mengharuskan kami melakukan improvisasi pada saat mengajar, namun semua bahan ajar yang sudah dikonsepkan untuk ditransferkan pada anak didik dapat tersampaikan dengan baik. Seperti pada kegiatan mendongeng (Legenda dari Tanah Karo), anak mendengarkan dongeng yang disampaikan dengan baik, itu tampak ketika kami mengadakan evaluasi, mereka mampu mereview dongeng yang telah disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan bermain dengan plastisin (kerak lilin), kami membagi anak menjadi beberapa kelompok, dengan tujuan agar bisa melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan teman –teman mereka. Namun kami menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain sendiri, dimana mereka belum mau membagi plastisin yang ia punya kepada temannya. Tapi kegiatan ini lebih terstruktur, dikarenakan pada setiap kelompok, mempunyai satu mentor (salah satu dari kami) yang mengarahkan peserta didik, dan kegiatan ini juga berjalan dengan lancar. Setelah itu sebelum peserta didik diajak untuk mewarnai (kegiatan terkahir), kami terlebih dahulu bermain tebak-tebakan lagu daerah dan bernyanyi bersama, sehingga para peserta didik tidak bosan. Dan yang terakhir adalah kegiatan mewarnai, kegiatan ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh peserta didik, mereka semangat mewarnai dan mulai saling berbagi cat/pencil warna dan crayon. Kemudian diakhir kegiatan kami membagikan reward kepada peserta didik dan menutup kegiatan pada hari tersebut dengan bernyanyi bersama. Kegiatan micro teaching berjalan cukup baik dan terstruktur sesuai dengan konsep yang telah disiapkan.
Kegiatan micro teaching ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anggota kelompok. Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak hanya tertimbun dalam otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara langsung  yang membuat kami  memiliki kesempatan belajar bersama, meningkatkan kemampuan pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback dengan para pengajar yang professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami yang ingin menjadi pendidik professional di masa depan . Proses mendidik anak tidak semudah yang tertera dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak hanya dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan ketrampilan berkomunikasi, komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih banyak lagi. Dari pengalaman yang diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai metode pendidikan anak usia dini.
VI. KALKULASI BIAYA
No
Rincian Pengeluaran
Jumlah
Biaya yang dikeluarkan
1
Buku gambar
6 buah
Rp 12.000,-
2
Plastisin
3 buah
Rp 16.500,-
3
Choki-choki
1 kotak
Rp 13.000,-
VII.          ALAT YANG DIGUNAKAN
o   Kamera
o   Alat tulis
o   Handycam

-           
DAFTAR PUSTAKA ; 
Sujiono, Yuliani Nurani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.INDEKS 
Danim, Sudarwan.2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
Evaluasi Kelompok
·         Pelaksanaan micro teaching berjalan dengan sangat baik. Sekitar kira-kira 80% pelaksanaan di lapangan sesuai dengan perencanaan yang telah kami susun sedemikian rupa
·         Ada beberapa masalah ketika pelaksanaan, salah satunya adalah terdapat kekurangan dalam hal dokumentasi (video).
·         Selain itu, kami sedikit mengalami kesulitan saat proses pengajaran, karena adanya perbedaan usia anak didik, sehingga banyak improvisasi saat mengajar.
·         Testimony Kelompok
·          
·          
·         Sri Rizki Amanda(10-107)
·         Menurut saya sangat menyenangkan melaksankan tugas micro teaching. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, bagaimana menghadapi anak - anak, mendiamkan mereka agar mau mendengarkan arahan - arahan saya. micro teaching ini juga menambah pengetrahuan saya, selain pengetahuan dimana penerapan prinsip paedagogi juga pengetahuan pertama saya naik angkot ,menuju TK, tempat saya melakukan micro teaching. Walau ada kendala sana - sini,perbedaan pendapat, namun sejauh ini masih dapat saya dan kelompok hadapi, semua ini adalah proses. Proses pembelajaran.
·         Irene Anastasya (10-041)
·         Selama proses microteaching, saya merasa sangat antusias. Hal-hal yang membuat saya menjadi antusias adalah mendapatkan pengalaman baru dalam mempraktikkan Pengelolaan kelas. Saya dapat belajar bagaimana cara untuk menentukan konsep suatu materi yang akan disampaikan, interaksi dengan anak-anak serta mendapatkan masukan dari guru-guru lainnya tentang pengelolaan kelas yang baik. Sistem microteaching adalah suatu cara mempraktikkan pengajaran dengan situasi yang lebih nyata untuk menjadi suatu landasan bagi calon guru. Jadi sistem ini sangat berguna bagi saya apabila saya ingin menjadi seorang guru yang professional di kemudian hari.
·        
Wienny D (10-032)
·         Dalam pengerjaan tugas ini, tetap tidak luput dari masalah. Memerlukan waktu khusus, persiapan yang rumit. Masalah bukan hanya pada persiapan, juga dalam pelaksanaan, hingga laporan. kegiatan micro-teaching ini sangat mengandalkan team work selain  kerja keras individual. Namun secara keseluruhan , memberi pengalaman yang bermanfaat.
·         Fatimah Lubis 10-050
·         Menurut saya pengalaman micro teaching, sangat menyenangkan. karena mendapat penggalaman yang baru. Disana kita melakukan apa yang kita konsep biar pun tidak berjalan dengan lancar. Kami disana membuat dokumentasi berupa vidio dan poto bareng anak-anak. sebelum kami turun kelapangan kami melakukan diskusi yang memiliki perbedaan pendapat. Biarpun terjadi perbedaan pendapat tapi menemukan jalan yang baik untuk konsep kami.
·         Nurul Mukhlisah 10-117
·         Saya sangat senang bisa melakukan micro teaching kepada anak TK Nurmala. Saya mendapatkan banyak pengelaman disini. Sangat senang melihat anak-anak tersebut antusias menyambut kami. Agak lucu juga dipanggil ‘ibu’, bukannya ‘kakak’. Tapi tidak apa-apa asalkan panggilan itu dapat membuat kami lebih dekat dengan mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Banyak juga kendala yang tak terduga terjadi. Seperti kamera yang tidak bisa dipakai, sehingga merekamnya dengan handphone. Tapi yang pasti kami berusaha melakukan yang terbaik.
·         Rocky Sihite 10-124
Dalam proses micro-teaching ini, saya merasa senang, walaupun dalam proses pengerjaannya banyak masalah yang kami hadapai. Saya juga mendapat banyak pengalaman baru disini dan bermanfaat disini. Dari pengalaman mengerjakan suatu tugas dengan mengandalkan team work, sampai mengajar anak-anak TK. Walaupun tidak berjalan dengan lancar, tapi kami akhirnya mampu menyelesaikannya dengan usaha yang terbaik

 
Evaluasi Kelompok

ü  Pelaksanaan micro teaching berjalan dengan sangat baik. Sekitar kira-kira 80% pelaksanaan di lapangan sesuai dengan perencanaan yang telah kami susun sedemikian rupa.
ü  Ada beberapa masalah ketika pelaksanaan, salah satunya adalah terdapat kekurangan dalam hal dokumentasi (video).
ü  Selain itu, kami sedikit mengalami kesulitan saat proses pengajaran, karena adanya perbedaan usia anak didik, sehingga banyak improvisasi saat mengajar.