Senin, 30 April 2012

LAPORAN MICROTEACHING


Sri Rizki Amanda (10-017)
Wieny Delvonia (10-032)
Irene Natasya (10-041)
Fatimah Lubis (10-050)
Nurul Mukhlisah (10-117)
Rocky R (10-124)

Sekolah                                 : PAUD NURMALA
Lokasi                                   : JL. K.L Yos Sudarso LK. 14C Kelurahan Glugur , 
                                                 Kecamatan Medan Barat
Tujuan pemilihan PAUD    : Lokasi yang dekat dengan rumah
Jumlah siswa                        : 25 orang
Usia siswa                             : 2-6 tahun
Konsep Pengajaran              : Bermain sambil Belajar
Tujuan Pengajaran              : Memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif
Alokasi Waktu                : 120 menit 
 I.                   Tinjauan / Observasi
Sebelum melaksanakan microteaching, kami melakukan observasi terlebih dahulu pada tanggal 9 April 2012 kemudian melakukan diskusi dengan para pendidik untuk mengetahui bentuk pembelajaran yang dibutuhkan sehingga kami dapat merancang konsep pembelajaran. Setelah berdiskusi dengan para pendidik, mereka menginginkan “Budaya Indonesia” menjadi salah satu tema pengajaran kami.
 II.                Latar Belakang pemilihan Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu bentuk jenjang pendidikan  sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan  pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada usia sejak lahir sampai 6 tahun, anak-anak diberikan pengenalan lingkungan dengan metode bermain yang bisa merangsang pertumbuhan secara kognitif maupun motorik. Bermain sangat penting bagi anak-anak karena itu adalah kegiatannya. Anak mendapat bermacam-macam pengetahuan dari bermain, contohnya bermain Puzzle yang dapat merangsang otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih penalaran, pengetahuan akan warna dan bentuk.
Namun saat ini banyak sekali fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia. Seiringnya majunya perkembangan zaman, individu semakin bersaing dengan satu dan yang lainnya sampai-sampai membuat manusia terus berusaha menjadi yang terdepan.  Salah satu fenomena yang terjadi adalah para pendidik zaman sekarang berusaha menekankan anak-anak didik untuk menerima materi yang bersifat akademis .Sebetulnya memberikan pendidikan atau pengetahuan tambahan kepada anak-anak tidaklah menjadi sebuah masalah. Tapi hal itu akan menjadi sebuah masalah ketika pemberian pendidikan melebihi perkembangan dan kesiapan mental anak, dimana ada sebuah kasus anak balita diberikan pendidikan yang setara dengan pendidikan anak remaja. Berdasarkan fenomena tersebut, muncullah gagasan kita untuk lebih menekankan komponen bermain (komponen penting pada anak usia dini) dalam suatu pembelajaran namun tetap terarah dalam mendapatkan bekal untuk pengembangan diri selanjutnya. Konsep microteaching kami sesuai dengan tujuan PAUD  yaitu “Bermain sambil belajar”. Anak didik dibiarkan berkreasi dan aktif serta mandiri       ( student centered) dalam meraih pengetahuan dalam cara yang menyenangkan dimana prinsip pedagogis juga menerapkan bahwa domain kognitif dan afektif  tidak bisa berada dalam suasana atau kondisi yang kering. Prinsip itu menyiratkan bahwa proses pedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Kami menyelaraskan antara pengenalan akan pengetahuan dengan kondisi yang mereka inginkan.
Semua aktivitas pembelajaran yang berhubungan dengan bermain kami angkat namun ada konteks / latar belakang yang difokuskan adalah “Kebudayaan Indonesia”.  Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih mengenal dan mencintai tanah airnya sendiri serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ditinggalkan oleh para nenek moyang (Hal ini juga disesuaikan dengan keinginan para pendidik).
 III.             Landasan Teori
            Metode pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berpusat pada anak memberikan kesempatan dan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pemikirannya, mereka mengemukakan pemikirannya sendiri dan mengidentifikasikannya kegiatannyya. Segala sesuatu yang munculnya dari diri anak dikemangkan menjadi sebuah kurikulum. Aspek yang terpenting dalam metode yang berdasarkan permainan adalah kebebasan anak dalam bermain.
            Secara khusus proses pembelajaran pada anak usia dini haruslah didasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu : (1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan prinsip belajar melalui bermain; (2) Proses kegiatan anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatis baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan; (3) Proses kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan dengan pendekatan tematik dan terpadu; (4) Proses kegiatan belajar anak usia dini haruslah diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu.
            Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty, 1990: 196-197, dalam Sujiono, Yuliani). Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.
            Pada dasarnya, tujuan utama bermain adalah memelihara perkembangan dan pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak satu dengan anak lainnya (Catron dan Allen, 1999: 163).
            Elkonin dalam Catron dan Allen (1999:1633) menggambarkan empat prinsip bermain, yaitu: 
(1) dalam bermain anak mengembangkan system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks; (2) kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain; (3) anak mengembangkan replica untuk menggantikan objek nyata, lalu mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Kemampuan menggunakan symbol termasuk kedalam perkembangan berpikir abstrak dan imajinasi; (4) kehati-hatian dalam bermain mungkin terjadi, karena anak perlu mengikuti aturan permainan yang ditentukan bersama teman mainnya.
            Fungsi bermain antara lain: (1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya; (2) dapat menggembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kamndirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain(empati); (3) dapat mengembangkan kemampua kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan ekplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; (4) dapat mengembangkan kemandiriannya dan memnjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak selallu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran social sehingga anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.
            Cosby dan Sawyer (1995:85) menyatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunngannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri/bakat dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri: mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya juga hal-hal yang baru.
            Adapun jenis permainan yang dikembangkan di dalam program pembelajaran anak usia dini dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis permainan seperti yang dikemukakan oleh Jefree, Conkey dan Hewson (2002: 15-21), yakni permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillful play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play), dan permainan teka-teki (puzzle-it-out play). Keenam penggolongan tersebut pada dasarnya saling terintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan lainnya. Dari keterpaduan di antara permainan tersebut maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan permainan tersebut.
IV.             PELAKSANAAN MICROTEACHING
Pada tanggal 20 April 2012 , kami bergerak ke TPA Nurmala dengan tujuan untuk melakukan micro teaching :
Jam 08:00- 08:30                     : Melakukan Senam dan doa pagi serta perkenalan
-          Kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh anak murid di PAUD NURMALA, anak-anak dibiarkan untuk melakukan senam pagi bersama dengan bantuan media televisi.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan doa bersama anak-anak yang dipimpin oleh ibu guru. Perkenalan anak-anak dilakukan setelah doa bersama selesai.
Jam 08:30-08.50                      :  Bermain kerak lilin
-          Alat dan bahan                         :  3 buah kerak lilin.
-          Instruksi                                   :
 :     Anak-anak dikelompokkan dalam 3 kelompok untuk berlomba menciptakan suatu karya bebas yang terbuat dari kerak lilin. Masing-masing kelompok dibimbing oleh 1 instruktur.  Hasil akhir dinilai dari karya yang terbaik.
-          Tujuan                         : Merangsang kreativitas anak sekaligus membangun kemampuan anak untuk bekerja sama dalam tim (teamwork).
Jam 08:50-09:05        : Cerita legenda dan role-playing
-          Alat dan bahan                 : Satu buku kumpulan cerita Tanah Karo
-          Instruksi                           :
     Anak-anak diajak duduk membentuk lingkaran dan mendengar cerita yang disampaikan oleh instruktur micro teaching  kemudian anak-anak diajak untuk melakukan role-play dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Anak-anak bebas memilih  tokoh yang akan dirole-play.
-          Tujuan                         : Meningkatkan kemampuan pemahaman bahasa anak, mnenambah pengetahuan anak tentang peran tokoh dalam cerita, mendorong anak untuk lebih aktif berinteraksi, mengajarkan moral dan memperkenalkan budaya Indonesia
Jam 09:05-09:20          : melakukan permainan loncat menyebutkan nama buah dan        gobak sodor
1.      Gobak sodor
Alat dan bahan             : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)
Instruksi                       : Anak-anak dibentuk menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang dan membentuk barisan panjang. Setiap kelompok memiliki pemimpin. pemimpin kelompok berusaha menangkap atau menyentuh anggota kelompok lain yang berada di ujung barisan untuk masuk ke kelompoknya. Kelompok yang memiliki barisan terpanjang ditetapkan menjadi pemenang.
Tujuan                      :Untuk melatih kerjasama dalam tim, melatih kepemimpinan, mengasah kemampuan otak, mengasah kemampuan untuk menganalisa dan mencari strategi yang tepat untuk menentukan keputusan dalam melangkah, meningkatkan kekuatan dan ketangkasa
2.      Loncat Buah
Alat dan bahan                       : -- (hanya memerlukan lapangan yang luas)    
Instruksi                               : Permainan ini melibatkan 2 pihak, yaitu pihak penjaga, dan pihak yang meloncat. Pihak penjaga terdiri dari 2 orang, sedangkan pihak yang meloncat terdiri dari anak-anak selain anak-anak di pihak penjaga. Kedua anak pihak penjaga harus jongkok sambil bergandengan tangan untuk membentuk “pagar”. Anak-anak bergantian meloncat melangkahi “pagar”  penjaga sambil menyebutkan satu nama buah. Anak-anak yang menyentuh pagar penjaga sewaktu melompat akan menggantikan anak yang tersentuh sebagai penjaga.
Tujuan                                 : Meningkatkan kemampuan otak anak untuk cepat memberi respons, melatih gerak motorik anak dan melatih kemampuan dalam mengingat serta menambah pengetahuan akan jenis-jenis buah (salah satunya).

Jam 09:20 istirahat
Jam 09: 25-09:50                             : Mewarnai
Alat dan Bahan                                 : 6 buah buku gambar, crayon
Instruksi                                           : Anak-anak dibentuk kelompok menjadi 3, setiap kelompok diberikan seorang mentor untuk memperhatikan hasil kerja dari anak-anak didik dan diberikan waktu 20 menit untuk menyelesaikannya.
Tujuan                                       :  Melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan, membantu dalam pengenalan warna, melatih penalaran dan kreativitas anak , melatih anak mengenal detail suatu objek sehingga dapat mewarnai tanpa lewat garis dari suatu objek, meningkatkan konsentrasi, mengembangkan ketrampilan motorik baik secara halus melalui gerakan-gerakan jari tangan maupun kasar melalui gerakan lengan.

Jam 09: 50- 10:00                              : Penutup
         Pembagian reward, acara foto serta berrnyanyi bersama dengan para guru dan siswa PAUD NURMALA.
V.    HASIL PELAKSANAAN
Tujuan dari kegiatan micro teaching , yaitu memperkenalkan dan menambah pengetahuan anak-anak mengenai kebudayaan Indonesia melalui prinsip belajar sambil bermain. Melalui kegiatan micro teaching ini anak-anak mendapatkan pengetahuan mengenai permainan tradisional Indonesia (gobak sodor, loncat buah), berkreasi dengan plastisin (kerak lilin), menyanyikan lagu daerah indonesia (bungong jeumpa, dan suwe ora jamu), dan kegiatan bermain peran dalam suatu cerita serta mewarnai.
Kegiatan micro teaching ini lebih menantang kelompok untuk dapat melakukan tugas sebaik mungkin, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, kami juga bertanggung jawab terhadap kegiatan mengajar pada anak-anak. Tanggung jawab itu berupa bagaimana kami dapat menstransformasikan ilmu/bahan ajar kepada anak-anak dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Tentunya dengan menerapkan teori-teori paedagogi dan prinsip belajar pada anak prasekolah.
Setelah melakukan kunjungan ke lapangan, kegiatan micro teaching dapat berjalan lancar, walau ada kendala disana sini sehingga mengharuskan kami melakukan improvisasi pada saat mengajar, namun semua bahan ajar yang sudah dikonsepkan untuk ditransferkan pada anak didik dapat tersampaikan dengan baik. Seperti pada kegiatan mendongeng (Legenda dari Tanah Karo), anak mendengarkan dongeng yang disampaikan dengan baik, itu tampak ketika kami mengadakan evaluasi, mereka mampu mereview dongeng yang telah disampaikan. Selain itu, pada saat kegiatan bermain dengan plastisin (kerak lilin), kami membagi anak menjadi beberapa kelompok, dengan tujuan agar bisa melakukan adaptasi dan bersosialisasi dengan teman –teman mereka. Namun kami menemukan ada beberapa anak yang hanya bermain sendiri, dimana mereka belum mau membagi plastisin yang ia punya kepada temannya. Tapi kegiatan ini lebih terstruktur, dikarenakan pada setiap kelompok, mempunyai satu mentor (salah satu dari kami) yang mengarahkan peserta didik, dan kegiatan ini juga berjalan dengan lancar. Setelah itu sebelum peserta didik diajak untuk mewarnai (kegiatan terkahir), kami terlebih dahulu bermain tebak-tebakan lagu daerah dan bernyanyi bersama, sehingga para peserta didik tidak bosan. Dan yang terakhir adalah kegiatan mewarnai, kegiatan ini ditanggapi dengan cukup antusias oleh peserta didik, mereka semangat mewarnai dan mulai saling berbagi cat/pencil warna dan crayon. Kemudian diakhir kegiatan kami membagikan reward kepada peserta didik dan menutup kegiatan pada hari tersebut dengan bernyanyi bersama. Kegiatan micro teaching berjalan cukup baik dan terstruktur sesuai dengan konsep yang telah disiapkan.
Kegiatan micro teaching ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anggota kelompok. Konsep-konsep pedagogi yang dipelajari selama ini tidak hanya tertimbun dalam otak sebagai teori, Namun dipraktekkan secara langsung  yang membuat kami  memiliki kesempatan belajar bersama, meningkatkan kemampuan pemilihan metode mengajar, meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan ketrampilan mengajar serta dapat melakukan feedback dengan para pengajar yang professional untuk menjadi suatu landasan bagi kami yang ingin menjadi pendidik professional di masa depan . Proses mendidik anak tidak semudah yang tertera dalam buku. Kesuksesan dalam mendidik anak tidak hanya dapat diukur berdasarkan tingkat pendidikan guru, namun juga memerlukan ketrampilan berkomunikasi, komitmen,kesabaran, dan kasih sayang dan masih banyak lagi. Dari pengalaman yang diperoleh kali ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai metode pendidikan anak usia dini. 
VI. KALKULASI BIAYA
No
Rincian Pengeluaran
Jumlah
Biaya yang dikeluarkan
1
Buku gambar
6 buah
Rp 12.000,-
2
Plastisin
3 buah
Rp 16.500,-
3
Choki-choki
1 kotak
Rp 13.000,-
  
VII.          ALAT YANG DIGUNAKAN
o   Kamera
o   Alat tulis
o   Handycam
media Audiovisual :
DAFTAR PUSTAKA ; 
Sujiono, Yuliani Nurani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.          
Jakarta :PT.INDEKS 
Danim, Sudarwan.2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

1 komentar:

  1. sasa merasa tertarik sekaligus kagum dengan strategi mengajar kelompok kalian. tentunya akan sangat menyenangkan belajar sambil bermain bagi anak-anak. tapi ada yg ingin sasa tanyakan yaitu, kalian menyebutkan bahwa ada kesulitan ketika kalian melaksanakan micro teaching ini dan kalian harus melakukan improvisasi, hambatan seperti apakah dan improvisasi apa yang kelompok lakukan? :)

    BalasHapus